Makalah Sejarah Kerajaan Mataram Kuno
January 11, 2014
Makalah Sejarah
Kerajaan
Mataram Kuno
Di susun oleh
: Farida
Kelas : XI
(Sebelas)
SMK Farmasi
Mandiri Banjarmasin
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur marilah
senantiasa kita panjatkan kehadirat
Allah SWT, karena atas rahmat dan karunianya saya dapat menyelesaikan makalah sejarah ini dengan
baik. Makalah ini berkaitan dengan perkembangan mataram kuno. Makalah ini
bertujuan untuk memenuhi tugas sejarah serta memberi tahu kepada pembaca
mengenai perkembangan kerajaan mataram kuno.
Dalam pembuatan
makalah ini, saya tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari pihak-pihak
terkait untuk memperoleh informasinya. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima
kasih kepada pihak yang telah membantu saya sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Saya
menyadari bahwa sebagai manusia yang memiliki keterbatasan, tentu hasil makalah
saya ini tidak mungkin luput dari kekurangan. Saya senantiasa mengharapkan
konstribusi pemikiran anda sehingga makalah
ini bermanfaat bagi kita semua.
Banjarmasin,
12 Januari 2014
Penyusun,
Farida
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar-------------------------------------------------------------------------
Daftar
Isi--------------------------------------------------------------------------------
Bab I Masa Perkembangan dan Masa
Keemasan---------------------------------
1.
Awal
Berdirinya Kerajaan Mataram Kuno-------------------------------
2.
Tatanan
Birokrasi Kerajaan Mataram Kuno------------------------------
3.
Aspek
Kehidupan Politik----------------------------------------------------
4.
Aspek
Kehidupan Sosial-----------------------------------------------------
5.
Aspek
Kehidupan Ekonomi-------------------------------------------------
6.
Aspek
Kehidupan ebudayaan Hindu-Buddha-----------------------------
Bab II Masa Kemunduran------------------------------------------------------------
1.
Kemunduran
Kerajaan Mataram Kuno------------------------------------
Bab III
Kesimpulan-------------------------------------------------------------------
1.
Kesimpulan-------------------------------------------------------------------
BAB I
MASA PERKEMBANGAN DAN MASA KEEMASAN
Awal Berdirinya Kerajaan Mataram Kuno
Kerajaan Mataram Kuno merupakan kerajaan yang berdiri pada tahun 732
masehi. Kerajaan ini berdiri di desa Canggal (sebelah barat Magelang). Pada
saat itu didirikan sebuah Lingga (lambang siwa) diatas sebuah bukit di
daerah Kunjarakunja yang didirikan oleh Raja Sanjaya. Daerah ini
letaknya di sebuah pulau mulia, Jawadwipa yang dimana daerah ini merupakan
daerah yang kaya raya akan hasil bumi terutama padi dan emas sehingga di masa
selanjutnya kerajaan ini banyak melakukan hubungan dagang dengan daerah lain.
Tatanan Birokasi Kerajaan Mataram Kuno
Selama 178 tahun berdiri, kerajaan mataram kuno dipimpin oleh raja-raja
yang sebagian terkenal dengan keberanian, kebijaksanaan dan sikap toleransi
terhadap agama lain. Adapun raja-raja yang sempat memerintah kerajaan Mataram
Kuno antara lain:
1. Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya (732-760
M)
2. Sri Maharaja Rakai Panangkaran (760-780 M)
3. Sri Maharaja Rakai Panunggalan (780-800 M)
4. Sri Maharaja Rakai Warak (800-820 M)
5. Sri Maharaja Rakai Garung (820-840 M)
6. Sri Maharaja Rakai Pikatan (840-863 M)
7. Sri Maharaja Rakai Kayuwangi (863-882 M)
8. Sri Maharaja Rakai Watuhumalang (882-898
M)
9. Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung
(898-910 M)
Kerajaan mataram kuno dipimpin pertama kali oleh Raja Sanjaya yang terkenal
sebagai seorang raja yang besar, gagah berani dan bijaksana serta sangat
toleran terhadap agama lain. Ia adalah penganut Hindu Syiwa yang taat. Setelah
Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya meninggal dunia, beliau kemudian digantikan
oleh putranya yang bernama Sankhara yang bergelar Rakai Panangkaran Dyah
Sonkhara Sri Sanggramadhanjaya. Raja Panangkaran lebih progresif dan bijaksana
daripada Sanjaya sehingga Mataram Kuno lebih cepat berkembang. Daerah-daerah
sekitar Mataram Kuno segera ditaklukkan, seperti kerajaan Galuh di Jawa Barat
dan Kerajaan Melayu di Semenanjung Malaya. Ketika Rakai Panunggalan berkuasa,
kerajaan Mataram Kuno mulai mengadakan pembangunan beberapa candi megah seperti
candi Kalasan, candi Sewu, candi Sari, candi Pawon, candi Mendut, dan Candi
Borobudur.
Kemudian setelah Rakai Panunggalan meninggal, beliau digantikan oleh Rakai
Warak. Pada zaman pemerintahan Rakai Warak, ia lebih mengutamakan agama Buddha
dan Hindu sehingga pada saat itu banyak masyarakat yang mengenal agama
tersebut. Setelah Rakai Warak meninggal kemudian digantikan oleh Rakai Garung.
Pada masa pemerintahan Rakai garung pembangunan kompleks candi dilanjutkan di
Jawa Tengah bagian utara terutama di sekitar pegunungan Dieng. Hal itu dapat
dibuktikan dengan adanya kompleks bangunan candi Hindu di dataran tinggi Dieng,
seperti candi Semar, candi Srikandi, candi Punta dewa, candi Arjuna dan candi
Sembadra. Selain itu di bangun pula kompleks candi Gedong Sanga yang terletak
di sebelah kota Semarang sekarang.
Setelah Rakai Garung meninggal ia digantikan oleh Rakai Pikatan. Berkat
kecakapan dan keuletan Rakai Pikatan, semangat kebudayaan Hindu dapat
dihidupkan kembali. Kekuasaannya pun bertambah luas meliputi seluruh Jawa
Tengah dan Jawa Timur serta ia pun memulai pembangunan candi Hindu yang lebih
besar dan indah yaitu candi Prambanan (Candi Lara Jonggrang) di desa Prambanan.
Setelah Raja Pikatan wafat ia digantikan oleh Rakai Kayuwangi. Pada masa
pemerintahan Rakai Kayuwangi Kerajaan banyak menghadapi masalah dan berbagai
persoalan yang rumit sehingga timbullah benih perpecahan di antara keluarga
kerajaan. Selain itu zaman keemasan Mataram Kuno mulai memudar serta banyak
terjadi perang saudara.
Saat Rakai Kayuwangi meninggal ia digantikan oleh Rakai Watuhumalang. Rakai
Watuhumalang berhasil melanjutkan pembangunan Candi Prambanan. Kemudian setelah
Rakai Watuhumalang meninggal ia digatikan oleh Rakai Watukura Dyah Balitung.
Pada masa pemerintahan Rakai Dyah Balitung dikenal 3 jabatan penting, yaitu rakryan
i hino (pejabat tinggi sesudah raja), rarkyan i halu dan rarkyan
i sirikan. Ketiganya merupakan tritunggal. Dyah Balitung memerintah sampai
tahun 910 M dan meninggalkan banyak prasasti (
20
buah). Ada prasasti yang
menyebutkan bahwa Raja Balitung pernah menyerang Bantan (Bali). Setelah Rakai
Watukura Dyah Balitung wafat ia digantikan oleh Daksa dengan gelar Sri
Maharaja Sri Daksottama Bahubajra Pratipaksaksaya. Sebelumnya ia menjabat
sebagai rakryan i hino. Ia memerintah dari tahun 913-919 M. Pada masa
pemerintahan Raja Daksa inilah pembangunan Candi Prambanan berhasil
diselesaikan. Pada tahun 919 M Daksa digantikan oleh Tulodhong yang bergelar Sri
Maharaja Rakai Layang Dyah Tulodhong Sri Sajanasanmattanuragatunggadewa.
Masa pemerintahan Tulodhong sangat singkat dan tidak terjadi hal-hal yang
menonjol.
Pengganti Tulodhong adalah Wawa. Ia naik tahta pada tahun 924 M
dengan gelar Sri Maharaja Rakai Pangkaja Dyah Wawa Sri Wajayalokanamottungga.
Sri Baginda dibantu oleh Empu Sindok Sri Isanawikrama yang berkedudukan
sebagai Mahamantri i hino.
2. Aspek Kehidupan Politik
Untuk mempertahankan wilayah kekuasaannya,
Mataram Kuno menjalin kerjasama dengan kerajaan tetangga, misalnya Sriwijaya,
Siam dan India. Selain itu, Mataram Kuno juga menggunakan sistem perkawinan
politik. Misalnya pada masa pemerintahan Samaratungga yang berusaha menyatukan
kembali Wangsa Syailendra dan Wangsa Sanjaya dengan cara anaknya yang bernama Pramodyawardhani(Wangsa
Syailendra) dinikahkan dengan Rakai Pikatan (Wangsa Sanjaya).
Wangsa Sanjaya merupakan penguasa awal di
Kerajaan Mataram Kuno, sedangkan Wangsa Syailendra muncul setelahnya yaitu
mulai akhir abad ke-8 M. Dengan adanya perkawinan politik ini, maka jalinan
kerukunan beragama antara Hindu (Wangsa Sanjaya) dan Buddha (Wangsa Syailendra)
semakin erat.
3. Aspek Kehidupan Sosial
Kerajaan Mataram Kuno meskipun dalam praktik
keagamaannya terdiri atas agama Hindu dan agama Buddha, masyarakatnya tetap
hdup rukun dan saling bertoleransi. Sikap itu dibuktikan ketika mereka
bergotong royong dalam membangun Candi Borobudur. Masyarakat Hindu yang
sebenarnya tidak ada kepentingan dalam membangun Candi Borobudur, tetapi karena
sikap toleransi dan gotong royong yang telah mendarah daging turut juga dalam
pembangunan tersebut.
Keteraturan kehidupan sosial di Kerajaan Mataram Kuno juga dibuktikan
adanya kepatuhan hukum pada semua pihak. Peraturan hukum yang dibuat oleh
penduduk desa ternyata juga di hormati dan dijalankan oleh para pegawai istana.
Semua itu bisa berlangsung
karena adanya hubungan erat antara rakyat dan kalangan istana.
4. Aspek Kehidupan Ekonomi
Pusat kerajaan Mataram Kuno terletak di Lembah
sungai Progo, meliputi daratan Magelang, Muntilan, Sleman, dan Yogyakarta.
Daerah itu amat subur sehingga rakyat menggantungkan kehidupannya pada hasil
pertanian. Hal ini mengakibatkan banyak kerajaan-kerajaan serta daerah lain
yang saling mengekspor dan mengimpor hasil pertaniannya.Usaha untuk
meningkatkan dan mengembangkan hasil pertanian telah dilakukan sejak masa
pemerintahan Rakai Kayuwangi.
Usaha perdagangan juga mulai mendapat perhatian
ketika Raja Balitung berkuasa. Raja telah memerintahkan untuk membuat
pusat-pusat perdagangan serta penduduk disekitar kanan-kiri aliran Sungai
Bengawan Solo diperintahkan untuk menjamin kelancaran arus lalu lintas
perdagangan melalui aliran sungai tersebut. Sebagai imbalannya, penduduk desa
di kanan-kiri sungai tersebut dibebaskan dari pungutan pajak. Lancarya pengangkutan
perdagangan melalui sungai tersebut dengan sendirinya akan menigkatkan
perekonomian dan kesejahteraan rakyat Mataram Kuno.
5. Aspek Kehidupan Kebudayaan
Hindu-Buddha
Semangat kebudayaan masyarakat Mataram Kuno
sangat tinggi. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya peninggalan berupa prasasti
dan candi. Prasasti
peniggalan dari Kerajaan Mataram Kuno, seperti prasasti Canggal (tahun 732 M),
prasasti Kelurak (tahun 782 M), dan prasasti Mantyasih (Kedu). Selain itu, juga
dibangun candi Hindu, seperti candi Bima, candi Arjuna, candi Nakula, candi
Prambanan, candi Sambisari, cadi Ratu Baka, dan candi Sukuh. Selain candi
Hindu, dibangun pula candi Buddha, misalnya candi Borobudur, candi Kalasan,
candi Sewu, candi Sari, candi Pawon, dan candi Mendut. Mereka juga telah
mengenal bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa. Selain tiu, masyarakat kerajaan
Mataram Kuno juga mampu membuat syair.
BAB II
MASA KEMUNDURAN
1. Kemunduran Kerajaan Mataram Kuno
Kemunduran kerajaan Mataram Kuno disebabkan karena kedudukan ibukota
kerajaan yang semakin lama semakin lemah dan tidak menguntungkan. Hal ini disebabkan oleh:
1. Tidak memiliki pelabuhan laut sehingga
sulit berhubungan dengan dunia luar:
2. Sering dilanda bencana alam oleh letusan
Gunung Merapi;
3. Mendapat ancaman serangan dari
kerajaan Sriwijaya.
Oleh karena itu pada tahun 929 M ibukota
Mataram Kuno dipindahkan ke Jawa Timur (di bagian hilir Sungai Brantas) oleh
Empu Sindok. Pemindahan ibukota ke Jawa Timur ini dianggap sebagai cara yang
paling baik. Selain Jawa Timur masih wilayah kekuasaan Mataram Kuno, wilayah
ini dianggap lebih strategis. Hal ini mengacu pada letak sungai Brantas yang
terkenal subur dan mempunyai akses pelayaran sungai menuju Laut Jawa. Kerajaan
itu kemudian dikenal dengan Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Timur atau
Kerajaan Medang Kawulan.
BAB III
KESIMPULAN
1. Kesimpulan
Kerajaan mataram kuno merupakan kerajaan yang berdiri pada tahun 732
masehi. Kerajaan ini berdiri di desa Canggal (sebelah barat Magelang). Pada
saat itu didirikan sebuah Lingga (lambang siwa) diatas sebuah bukit di
daerah Kunjarakunja yang didirikan oleh Raja Sanjaya.
Adapun raja-raja yang sempat memerintah kerajaan Mataram Kuno antara lain:
1. Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya (732-760
M)
2. Sri Maharaja Rakai Panangkaran (760-780 M)
3. Sri Maharaja Rakai Panunggalan (780-800 M)
4. Sri Maharaja Rakai Warak (800-820 M)
5. Sri Maharaja Rakai Garung (820-840 M)
6. Sri Maharaja Rakai Pikatan (840-863 M)
7. Sri Maharaja Rakai Kayuwangi (863-882 M)
8. Sri Maharaja Rakai Watuhumalang (882-898
M)
9. Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung
(898-910 M)
Ada beberapa aspek kehidupan yang mengalami perkembangan dalam kerajaan
Mataram Kuno, antara lain:
1. Aspek Kehidupan Politik
2. Aspek Kehidupan Sosial
3. Aspek Kehidupan Ekonomi
4. Aspek Kehidupan Budaya Hindu-Buddha
Kemunduran kerajaan Mataram Kuno disebabkan karena kedudukan ibukota
kerajaan yang semakin lama semakin lemah dan tidak menguntungkan. Hal ini disebabkan oleh:
1. Tidak memiliki pelabuhan laut sehingga
sulit berhubungan dengan dunia luar:
2. Sering dilanda bencana alam oleh letusan
Gunung Merapi;
3. Mendapat ancaman serangan dari
kerajaan Sriwijaya.
0 komentar